“Apaan
lagi sih?” kataku tepat setelah benda yang berada ditelinga kananku ini
berbunyi.
“Kok
jawabnya kayak gitu sih?” tanya orang disebrang sana sedikit tersinggung dengan
ucapanku tadi.
Aku
menghela nafas, mencoba bersabar untuk mengahdapi makhluk satu ini. Dan
kuulangi jawabannku dengan bahasa yang lebih halus. “Mau apa Vent?”
“Aku
kangen kamu Vit,” katanya pelan dan lugas tapi masih bisa kudengar. Kangen? Saat-saat kayak gini masih kangen
sama gue? Gerutuku dalam hati.
“Jangan
ngaco deh Vent!” aku memprotes ucapannya tadi.
“Aku
nggak ngaco. Aku bener-bener kangen sama kamu dan aku juga masih cinta sama
kamu. Sampe kapan kamu nggak percaya sama aku Vit?” jelasnya panjang lebar. Aku
tersenyum mendengarnya. Aku bukannya tak percaya dengan dia tapi aku sudah
lelah percaya dengannya.
“Aku
tau, nggak usah kamu ulang. Tapi sekarang keadaannya udah berbeda. Kamu udah
ada yang punya dan aku nggak mau disebut sebagai perebut pacar orang.” Kataku
tak kalah panjang.
“Tapi
kita masih punya waktu. Aku sama dia belum nikah, kita masih bisa ber-,”
Aku
memotong ucapannya. “Enggak Vent!”
“Kenapa
enggak?! Kita sama-sama masih cinta. Jadi nggak ada alesan buat nggak bisa
bersatu!” ucapnya dengan emosi yang mulai tak teratur.
Kamu masih cinta? Batinku bertanya pada
diriku sendiri. Dan oke! Aku emang masih cinta sama mantanku yang satu ini.
Berpacaran selama 2 tahun dan tiba-tiba putus Cuma gara-gara hal sepele. Dan semua
kenangan tak bisa cepat terlupakan, begitu juga perasaanku tak bisa secepat itu
berubah. Tapi ini susah! Seperti kataku pada Alvent tadi, dia sudah punya pacar
lagi dan gilanya dia masih mendekatiku?
Terdengar
Alvent menghembuskan nafasnya, mungkin dia lelah berdebat denganku. “Dulu sama
sekarang berbeda Vent. Dulu ya dulu, sekarang ya sekarang.” Kataku.
“Vit please,”
“Vent please,”
“Kalo itu udah
maumu aku bakal tururin. Semoga kamu dapet yang lebih baik dari aku. Love you Vit,” ucapnya lalu memutuskan
hubungan telpon itu. Singakat tapi menyakitkan. Dan mungkin tadi adalah kata
cintanya yang terakhir. Kata cinta yang akan mengakhiri kisah cinta penuh luka kita
untuk selamanya.
“Ayo Vita
berangkat!” teriak Butet dari luar.
Aku
cepat-cepat menghapus air mataku. “Tunggu,” balasku juga dengan berteriak.
Aku
membereskan penampilanku dulu didepan kaca. Sebelum berangkat aku melihat
boneka panda dikasurku. Boneka indah dari orang terindah. Kusempatkan memeluk
boneka itu. Entah kenapa aku ingin memeluknya, lebih tepatnya memeluk
pemberinya.
“Vita ayo
berangkat!” omel Butet yang sudah berada didalam kamarku. “Dasar, mau berangkat
masih aja meluk-meluk beruang,” lanjutnya.
Aku mendengus.
“Itu panda Butet bukan beruang.”
“Mau panda mau
beruang sama aja. Bilang aja lo kangen sama Alvent jadi lo peluk-peluk
bonekanya. Iya kan?” tebak Butet tepat pada sasaran. Dan aku hanya tersenyum
malu menanggapinya.
“Udah ayo berangkat,” Butet manarik tanganku.
Aku menurut saja mengikuti Butet dari belakang, sebenarnya aku enggan ikut tapi
mau bagaimana lagi.
Dasar Alvent gila! Hari ini udah mau nikah
tapi sejam yang lalu masih bilang cinta sama gue? Dan coba kalo gue mau
balikan, malunya kayak apa coba keluarganya. Batinku selama perjalanan
menuju gereja tempat Alvent dan pasangannya menikah.
buat alvent,jangan pernah terlambat dan jangan pernah kamu menyesali telah di permainkan waktu... itu pelajaran hidupku yang sesuai buatkamu... #ngomongsendiri
BalasHapus