SELAMAT DATANG

Ingin mengetahui siapa saya? Ayo, tinggal baca blog saya. Banyak hal yang akan saya bagi disini. Let's fun with me...

Kamis, 23 Februari 2012

Dua


Kisah Cintaku Dengannya



-ooo-

            Jalanan Jakarta semakin siang semakin padat dengan kendaraan roda dua maupun empat. Orang-orang semuanya tumpah dijalanan, tak terkecuali mobil Alvent yang terjebak ditengah kemacetan ibu kota Jakarta ini. Memang dia berada di dalam mobil yang nyaman, terik matahari tak secara langsung menerpa kulitnya begitu juga polusi udara yang sesak di luar tak terhirup dihidungnya tapi hati Alvent sedang panas karena seorang cewek yang tengah duduk di sampingnya ini. Wajahnya yang menurut Alvent sok polos itu membuat Alvent semakin muak, apalagi dengan hitungan menit sekolah mereka akan masuk dan itu semua merupakan perpaduan yang semakin membuat Alvent ingin marah-marah saja.
            Tttiiiiiiinnnnnnnnnn... suara klakson dari mobil Alvent menggema ditengah kemacetan itu. Frustasi sudah Alvent dengan keadaan ini.
            Shit,” umpat Alvent yang melihat mobil di depannya tidak menampakkan tanda-tanda berjalan.
            Vita yang melihat itu semua hanya bisa mengulum senyum. Ternyata jika dilihat secara diam-diam seperti ini Alvent mempunyai kharisma yang kuat dan membuat hati kecil cewek itu tak tega memperainkannya.
            “Udah puas liatin gue?”  ucap Alvent yang membuat Vita segera memalingkan pandangan dari cowok itu.
            “Siapa yang ngeliatin elo,” kilah Vita yang sudah melihat mobil berwarna putih di depannya. Hatinya bergemuruh, takut jika ketahuan Alvent jika dia tadi tanpa disengaja sedang menikmati kegantengannya.
            Alvent mengangguk-angguk mendengar jawaban Vita. Sebenarnya dia tahu jika tadi selama beberapa menit Vita sedang memandangnya.
            “Kita nggak usah masuk sekolah aja deh Vent. Ini mobil nggak bisa kemana-mana,” usul Vita saat melihat jam tangannya yang menunjukan pukul tujuh lewat sepuluh menit. Itu artunya mereka sudah telat sepuluh menit.
            “Eh, nggak bisa! Kita tetep harus masuk sekolah!” Jawabnya cepat-cepat menolak usul Vita.
            “Terserah deh,” kata Vita yang tak mau berdebat dengan seorang cowok di tengah kemacetan koa Jakarta. Udah panas tambah panas lagi entar.

-ooo-

            “Apa gue bilang, mending tadi kita nggak usah masuk sekolah,” cerca Vita kepada Alvent. “Kalo kita bolos tadi, sekarang kita nggak mungkin bersihin ini gudang,” lanjutnya lagi yang semakin menyudutkan Alvent.
            “Mana gudangnya kotor, banyak debunya, ihhhh.” Vita bergidik geli melihat gudang yang akan dibersihkannya bersama Alvent.
            “Bisa diem nggak sih! Ngomel aja kerjaannya!!!” Gertak Alvent yang pusing mendengar celotehan Vita sedaritadi.
            “Kalo nggak mau bersihin tuh diem aja, nggak usah ngomong terus. Emang gue juga mau apa bersihin ini gudang? Mana bareng sama cewek freak kayak elo lagi. Sial tau nggak!”
            Vita memonyongkan bibirnya mendengar perkataan Alvent. “Enak aja lo bilang gue cewek freak! Liat aja ya, gue juga bisa ngerjain ini semua.”
            “Bagus deh, seenggaknya elo nggak Cuma bisa ngomong doang,” kata Alvent cuek.
            Akhirnya Alvent dan Vita membersihkan salah satu gudang di sekolah  mereka sebagai hukuman karena mereka berdua telat datang ke sekolah selama satu jam lamanya. Gudang ini merupakan gudang penyimpanan alat-alat musik yang sudah tidk dipake lagi. Mungkin karena sebagian sudah rusak ataupun sudah terlalu lama modelnya.
            Alvent melihat sebuah gitar yang tergeletak di sudut ruangan tersebut. Banyak debu yang menyelimuti gitar itu. Dan dengan perlahan ditiupnya debu itu.
            Jreng.. jreng..
            “Masih bagus nih,” gumamnya yang mencoba memetik gitar tersebut. Pelan tapi pasti Alvent memainkan gitar itu dengan segenap rasanya. Seperti setahun yang lalu saat dia memainkan lagu ini untuk seseorang yang sangat berarti dalam hidupnya. Ada getaran di hatinya yang mungkin Alvent sendiri tak tahu artinya.
            “Never Mind... i’ll find some one like you.”
            Alvent membuka matanya. Suara lembut itu menyatu dengan permainan gitarnya. Vita yang sedang berdiri dihadapan Alvent hanya tersenyum saat cowok itu menyadari bahawa dia ikut menyanyi dengannya.
            “I wish nothing but the best for you too.” Vita melanjutkan lagu itu.
            “ Don’t forget me’ I begged
             I'll remember," you said
            Sometimes it lasts in love
            But sometimes it hurts instead.”
            “Sorry, gue langsung ikut nyanyi, abis itu lagu keren banget,” kata Vita yang melihat Alvent tak memainkan gitarnya lagi.
            Alvent menghembuskan nafasnya pelan. “Nggak papa,” katanya seraya meletakkan gitar itu ke tempat semula. Lagu tadi, saat Vita ikut bernyanyi bersamanya. Ada sesuatu yang membuat Alvent ingin menghentikan dunia hanya untuk sesaat. Suara Vita yang sama, tatapan Vita saat menyanyikan lagu tadi. Semuanya mengingatkan Alvent pada orang itu.
            “Elo nggak papa Vent?” tanya Vita yang bingung dengan tingkah cowok itu. “Gue minta maaf deh kalo udah lancang tadi,” sambungnya lagi.
            “Gue nggak papa, udah lanjutin bersihin aja,” jawab Alvent sambil tersenyum.
            Akhirnya Vita dan Alvent melanjutkan memberishkan gudang itu. Suasana yang ada semakin membuat Vita salah tingkah. Alvent yang selalu diam dan kadang menerawang entah kemana. Disana hanya ada mereka, hening dan hening.

            to be continue...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar