SELAMAT DATANG

Ingin mengetahui siapa saya? Ayo, tinggal baca blog saya. Banyak hal yang akan saya bagi disini. Let's fun with me...

Rabu, 12 Oktober 2011

Ternyata Aku Suka Kau (Mon'ster'Day)

MON”STER”DAY

                Gubrak.

                Buk.

                Glodak!!!


                “Ya ampun Vita! Kamu ini kenapa?”

                Mama tampak bingung melihat putrinya terjatuh dari tangga rumah mereka.

                Vita malah nyengir. “Hehehe.”

                “Biasa mom, Vita telat bangun.”

                Mama hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kebiasaan putrinya itu.


                Susu satu gelas dan roti satu tangkep menjadi santapan pagi Vita. Walaupun telat bangun, Dia tidak akan lupa dengan sarapannya. Mending telat daripada kelaperan, Vita memegang teguh prinsip tersebut.


                “Mom, Vita berangkat dulu,” pamitnya setelah menghabiskan sarapan.


                Jam 7 kurang 15 menit Vita baru berangkat sekolah. Seperti biasa gadis itu harus menggunakan bus untuk mencampai sekolahnya.


                “Jangan telat jangan telat.” Vita terus komat-kamit di dalam bus sambil terus menerus melihat jam tangannya. Maklum, hari ini adalah hari Senin, yaitu hari yang menuntut para pelajar untuk sampai sekolah lebih awal dari biasanya.

-ooo-


                “VITA!!!!”


                Seseorang dengan suara menggelegar memanggil cewek berambut pendek itu. Sehingga aksi diam-diam menyusup ke barisan kelasnya terhenti.


                “Waduh bahaya nih,” batinnya berbicara saat melihat siapa yang memanggilnya.

                “Kebiasaan! Sudah tau telat malah main seenaknya masuk barisa.” Omel Pak Christ percuma. Kenapa? Karna omelannya aakan masuk telinga kanan keluar telinga kiri Vita.

                “Sekarang kamu masuk ke barisan anak-anak yang telat! Dan sehabis upacara kamu menghadap saya.” Lanjut guru BK tersebut yang membuat Vita sebal, karna gagal mengelabuhi gurunya itu.

-ooo-

                Hukuman dari Pak Christ membuat Vita mencak-mencak sendiri sepanjang hari ini. Dan membuat Yana, sahabatnya, kebingungan.



                “Kenapa sih Vit? Dari tadi lo ngomel-ngomel nggak jelas,” Yana memulai introgasinya.

                Vita menghela nafas dan mulai menceritakan kejadian sehabis upacara tadi.



                Pak Christ senyum-senyum melihat Vita. Dan itu membuat murid dihadapannya il-feel berat.

                “Jadi saya akan memberi hukuman pada kamu,” beliau mulai berbicara. “Hukumannya kamu harus,” sengaja Pak Christ menggantungkan kalimatnya agar Vita penasaran. Biar saya kerjain, siapa suruh jadi murid setiap senin telat, batin guru BK itu.


                “Harus apa pak?” Vita mulai terpancing.


                Pak Christ mengetuk-ketukan jarinya di meja kerjanya. Sengaja mengulur waktu.


                “Harus apa sih pak?” emosi Vita mulai naik menghadapi guru di depannya ini.


                “Harus menginterview ketua basket untuk bahan berita majalah sekolah bulan depan.”


                “Loh pak? Sayakan bukan anak jurnalis!” Vita ngotot menolak hukuman dari Pak Christ.

                “Terus?” tanya Pak Christ tak peduli. “Saya tidak mau tau. Pokoknya saya kasih kamu waktu SATU MINGGU untuk mengerjakannya,” sambungnya lagi dengan menekan kata `satu minggu`.



                Yana tertawa mendengar cerita sahabatnya itu.

                Kasian bener nasib tem gue ini, pikir Yana sesaat.
Sebenarnya Dia kasihan dengan nasib Vita, tapi cara Vita menceritakan kejadian tadi pagi membuatnyalah tertawa.

                “Berarti lo bakal deket sama Alvent dong?” tanya Yana antusias, tapi juga sedikit khawatir, maklumlah ketua basket merekakan cuek.


                “Siapa tuh Alvent?”

                Yana bengong mendengar pertanyaan Vita. Gimana mau interview ketua basket, kalo sama Alvent aja nggak tau?


                “Lo nggak tau Alvent?” Vita menggeleng.


                “Lo tau ketua basket kita?” Vita lagi-lagi menggeleng.


                Plak! Yana memukul jidatnya. Frustasi punya temen yang nggak gaul kayak Vita.


                “Alvent itu ketua basket sekolah kita,” jelas Yana yang berusaha sabar.

                “Oh ketua basket kita itu Alvent.” Vita manggut-manggut sendiri. “Terus orangnya yang mana?”


                Plak! Sekarang giliran jidat Vita yang dipukul Yana.

-ooo-

                Viat menatap malas anggota basket SMA Persada yang sedang berlatih sore ini. Yup! Jadwal latihan mereka adalah hari Senin dan Jumat. Mereka tampak gembira dengan bola-bola basket itu. Tapi ternyata hal itu tak dirasakan oleh Vita. Sudah hampir satu jam Dia duduk di bangku yang tak jauh dari lapangan basket sekolahnya. Tapi orang yang ditunggunya tak kunjung datang-datang juga.


                Pletuk!


                Berulang kali balon dari permen karet yang dikunyah Vita meletus. Itulah hal yang dilakukannya untuk menghilangkan rasa bosan.


                “Ge!” panggil Vita saat melihat salah satu temannya lewat. Age itu juga anak basket.

                “Ngapain lo di sini?” tanya Age bingung saat melihat Vita.

                “He he he,” Vita nyengir. “Pengen ketemu ketua basket nih,” sambungnya lagi.

                “Dasar lo,” Age noyor kepala Vita. “Tungguin aja, bentar lagi Alvent juga dateng kok.”

                “Gue kesana dulu ya,” tunjuk Age kepada teman-teman basketnya.

                “Bentaran,” tiba-tiba tangan Vita menarik baju Age. “Temenin gue nungguin Alvent,” pinta Vita dengan memasang muka melasnya.


                Akhirnya Age menuruti permintaan Vita karna tak tega melihat muka melasnya tadi. Vita senang akhirnya ada temen ngobrol. Selama menunggu, mereka banyak bertukar cerita, bercanda, dan membicarakan bulu tangkis, olahraga kesukaan mereka, selain basket tentunya untuk Age.


                Drrt drrt.

                Suara handphone bergetar. Vita buru-buru melihat handphonenya. Siapa tau sms dari Mama atau kakaknya.


                “Punya gue Vit,” dengan polos Age melihatkan handphonenya.

                “Gue pikir punya gue,” Vita ngeles. Ngenes amat nggak ada yang sms gue, batin Vita.


                “Vit, gue ke anak-anak dulu ya,” kata Age setelah membaca sms tadi.

                Sekarang Vita tak menahan Age untuk berlatih basket. “Oke!”

                Age meninggalkan Vita, tapi baru tiga langkah, cowok itu berbalik lagi. “Oh iya Vit. Alvent sore ini nggak dateng. Kalo mau ketemu besok jumat dateng lagi aja.” Dengan sedikit berteriak Age memberitahu Vita lalu meninggalkan cewek itu lagi yang tiba-tiba bengong sebengong-bengongnya.


                “Lah terus ngapain gue disini?” tanyanya entah pada siapa.



                Vita keluar sekolah dengan manyun. Bibirnya sudah baju sampai batas maksimal.


                “Udah capek-capek nunggu, eh malah nggak dateng,”gerutunya sambil jalan menuju halte bus dekat SMA Persada.


-ooo-

                “Dari mana lo?” sebuah pertanyaan menyambut kedatangan Vita di rumah.


                “Dari sekolahlah,” Vita nggak mood jawab pertanyaan abangnya itu.


                “Ngapain lo di sekolah sampe sore? Tumben betah nongkrong di sekolah.”


                “Liatin anak basket latian.”


                Byur!!


                Minuman dimulut Hendra keluar semua. Tak hanya itu ternyata air itu menyembur ke badan Vita.


                “Sial bener nasib gue hari ini,” gerutunya.


                “Sorry Vit nggak sengaja.”


                “Rese lo bang!” Vita nggak terima. “Dasar nggak elo, enggak Alvent, enggak pak Christ, ngebuat hari senin gue suram!!”


                Hendra bingung melihat adeknya marah-marah nggak jelas sampai-sampai pintu kamar ikut dibanting sama Dia.


                “Lagi dapet kali ya?” Hendra manggut-manggut, mencoba mengerti cewek kalo lagi datang bulan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar